Apakah Tuhan Yesus menggunakan Apologetika dalam Pelayanannya?

Stefanos Ian
3 min readMar 15, 2024

--

Jangan menggoyahkan Anda dengan membiarkan mereka yang mengajarkan doktrin-doktrin yang salah tampak layak dan mendapat pujian. Berdirilah teguh, seperti besi yang tempa, karena itu telah menjadi bagian layaknya seorang olahragawan yang terluka, namun tak bisa ditaklukkan. (Ignatius, (110 M) - Surat kepada Polikarpus 3)

TUHAN KITA MEMBELA KLAIMNYA

Ia membela kesetaraan-Nya dengan Bapa: Tuhan kita berkata dengan berani, “Aku dan Bapa-Ku adalah satu” (Yohanes 10:30). Jika Yesus ingin menghindari masalah dengan orang-orang Yahudi, Dia dapat “mengklarifikasi” atau meminimalkan klaim-Nya sebagai setara dengan Tuhan.

Sebaliknya, Dia bahkan membuat pernyataan-Nya dengan lebih tegas. Memang benar, kata-kata-Nya membuat otoritas Yahudi bersikap defensif. Merekalah yang seharusnya gelisah — bukan Tuhan kita. Dalam teks kita, Tuhan Yesus dengan berani mengaku sebagai Putra Allah, setara dengan Allah, dan dengan demikian mempunyai otoritas penuh untuk bertindak seperti Bapa-Nya.

Ia membela kemampuan-Nya untuk mengampuni dosa: Tuhan kita mengampuni dosa (dan masih tetap mengampuninya!). Para Ahli Taurat, para pelajar Hukum Taurat, dengan tepat menyatakan bahwa hanya Allah yang mengampuni dosa (Markus 2:10–11, Mat 9:1–8).

Jika mereka salah dalam hal itu, mengapa Yesus tidak mengoreksi mereka? Sebaliknya, Dia menegaskan pernyataan mereka, menyatakan bahwa Dia mempunyai wewenang untuk mengampuni dosa, dan kemudian menyembuhkan orang lumpuh.

Dia membela kebangkitan-Nya dari kematian: Tuhan kita membela kebangkitan-Nya bahkan kepada murid-murid-Nya sendiri. Mereka ketakutan ketika Dia pertama kali menampakkan diri kepada mereka setelah kengerian penyaliban dan kematian — mereka mengira Dia adalah hantu (Lukas 24.40).

Untuk membuktikan kebangkitan-Nya, Yesus menunjukkan tangan dan kaki-Nya (Yohanes 20:20). Dia bahkan melangkah lebih jauh dengan meminta makanan untuk dimakan bersama mereka (Lukas 24:42).

TUHAN KITA MENGGUNAKAN SAKSI DAN KESAKSIAN

Menurut hukum Yahudi, agar suatu kesaksian dapat diterima, kesaksian itu harus dibuktikan oleh dua atau tiga orang saksi (Ul. 19:15). Dalam Injil Yohanes pasal lima, Tuhan kita mencantumkan lima saksi yang bersaksi atas nama-Nya:

  • Yohanes Pembaptis (5:32–35)
  • Karya-karyanya (5:36)
  • Sang Bapa (5:37)
  • Kitab Suci Perjanjian Lama (5:39–40)
  • Musa (5:41–46)

Juga, dalam Injil Yohanes pasal 8, Tuhan kita menunjuk pada kesaksian Bapa Surgawi-Nya dan menambahkan kesaksian Abraham (Yohanes 8:18, Yohanes 8:56).

Kekuatan argumen Yesus terletak pada integritas dan kredibilitas para saksi-Nya.

TUHAN KITA MENGGUNAKAN MUKJIZAT

Dalam bukunya, On Jesus, Douglas Groothuis mencatat bahwa Yesus menggunakan bukti-bukti untuk meneguhkan klaim-Nya. Yohanes Pembaptis yang mendekam di penjara setelah menantang Herodes, mengirim utusan untuk menanyakan pertanyaan kepada Yesus, “Engkaukah yang akan datang itu? Atau haruskah kami menantikan orang lain?” (Mat 11:3).

Ini mungkin merupakan pertanyaan yang aneh dari Yohanes, orang yang digambarkan dalam Injil sebagai pendahulu kenabian Yesus dan orang yang memproklamirkan Yesus sebagai Mesias.

Namun Yesus tidak menegur pertanyaan Yohanes, Dia tidak mengatakan, “Kamu harus beriman; hilangkan keraguanmu.” Sebaliknya, Yesus menceritakan ciri-ciri khas pelayanan-Nya: “Pergilah dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu dengar dan lihat: Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan, dan kabar baik diberitakan kepada orang-orang miskin. Berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku” (Mat 11.4–6; Luk 7:22).

Karya penyembuhan Yesus dimaksudkan sebagai bukti keilahian-Nya, karena karya tersebut menggenapi nubuatan mesianis dalam Kitab-Kitab Ibrani (Yes 26:19; 29:18–19; 35:4–6; 61:1–2).

TUHAN KITA MENGGUNAKAN IMAJINASI

Karena cerita menarik bagi imajinasi, Yesus menggunakan perumpamaan untuk menggambarkan pesannya. Kristus, sang pendongeng, memikat para pendengarnya dan mengajarkan pelajaran berharga.

Istilah “Orang Samaria yang Baik Hati” dan “Anak yang Hilang” dikenal di seluruh dunia karena kisah-kisah tak terlupakan yang diceritakan oleh Yesus.

Yesus juga menggunakan perbandingan dari Perjanjian Lama. Para pendengarnya akrab dengan kitab Musa, Kitab Para Nabi, Mazmur dan Amsal, sehingga ketika Yesus, misalnya, mengidentifikasi diri-Nya sebagai seorang gembala, orang-orang langsung mengingat metafora Tuhan sebagai seorang Gembala (Mazmur 80:1, 95:7, 79:13, 100B, Yehezkiel 34.31, Mikha 7:14, Yer 31:10, Yesaya 53:6)

Sumber Terjemahan:
George Bassilios. (2018, January, 1st). Timeless Truth in Truthless Times: Answers to Tough Questions about God, Christianity, and the Bible.
Coptic Orthodox Church

--

--

Stefanos Ian

A servant Subdeacon Stefanos from the Coptic Orthodox Church Yogyakarta. I am a writer, scholar, & social worker.