Berdoa (Part 1): Doa Membangun Kesatuan Dengan Sang Tritunggal Kudus
“Kebajikan terbentuk melalui doa. Doa menjaga kesederhanaan, menekan amarah, menahan kesombongan dan iri hati, menarik Roh Kudus ke dalam jiwa dan mengangkat manusia ke Surga” St Efraim
Tuhan Yesus mengajarkan para murid-muridnya berdoa (Lukas 11:1), dan juga menekankan bahwa berdoa “tidak boleh seperti orang munafik” (Matius 6:5), dan “tidak boleh bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah” (ay.7). Tetapi mengapa seiring waktu banyak kali orang-orang tidak lagi memahami maksud dan tujuan berdoa sesungguhnya? Terlebih hari ini semakin banyak orang-orang membuat berbagai macam model doa, dan mentafsir maksud doa bertele-tele dengan doa yang berpanjang-panjang kata-kata.
Akhirnya di masa sekarang banyak orang-orang berdoa hanya untuk memenuhi kebutuhan dirinya saja, didasari dari mengangkat sebuah pesan firman, “mintalah, carilah, ketoklah” sehingga umumnya yang diminta adalah berkenaan hal-hal jasmaniah, terlebih terlihat dirohanikan sehingga doa-doa yang dipanjatkan sepertinya terlihat khusuk dan hebat.
Bagaimanakah itu berdoa seharusnya? Apakah doa ini merupakan kata-kata biasa atau kalau bisa harus yang manis-manis? Apakah doa ini rancangan manusia atau rancangan Allah? Apakah tujuannya? Kita harus tahu apa yang mendasari fasilitas komunikasi yang Allah taruh di dalam hati kita ini.
Apakah itu Doa?
Fr. Matthew the Poor, mengatakan doa menurut Mazmur 27:8 “Hatiku mengikuti firman-Mu: ‘Carilah wajah-Ku’; maka wajah-Mu kucari”, berarti ketika kita berdoa, haruslah diawali dengan memandang wajahNya, melalui ini hati kita yang taat kepadaNya akan selalu berkomunikasi dengan Dia.
Doa yang rohani dan tulus merupakan sebuah panggilan sekaligus tanggapan, yaitu: panggilan sang Ilahi dan tanggapan manusia terhadap panggilan itu.
Berdoa haruslah bertumpu pada fakta penting. Doa bukan untuk mengejar sebuah efek kekuatan, atau ingin sebuah kemanjurannya, bukan rangkaian kata-kata indah semata. Tetapi berdoa itu seharusnya menjadi sebuah persekutuan yang nyata bersama Allah sampai kita menyadari sepenuhnya bahwa: “jiwanya diciptakan menurut gambar Allah” (Kejadian 1:26).
Maka, kita sungguh tahu adanya perbedaan perasaan ketika berdoa, apakah perasaan itu berasal dari Dia, atau sekedar perasaan diri kita saja?! Bagaimanakah yang kita hanya sebagai ciptaan sungguh tahu akhirnya kita itu gambar Dia? Ketahuilah, tidak ada yang lebih penting daripada kesadaran ini kita harus ketahui dan sadari. Ketika jiwa manusia kita tahu akan hal ini, maka ia akan memegang sumber kesadaran tersebut — yaitu Allah. Dengan demikian, ketika jiwa menyadari, dapat melihat, dan menyentuh Diri Tuhan.
Bagaimanakah kita sungguh tahu Ilahi Allah?
Satu cara yang benar, realistis, dan jujur, mulailah dengan menyadari diri Anda sendiri. Anda harus sadar bahwa Allah yang telah menciptakan fisik manusia dalam gambarNya; Juga Allah telah menciptakan jiwa manusia menurut rupa-Nya.
Manusia harus dapat menyadari, layaknya berhadapan pada sebuah cermin, bahwa dia melihat keserupaan denganNya.
Meskipun doa merupakan perasaan spiritual, tetapi hal ini ditanamkan dalam jiwa manusia, di dalam inti kesadaran dirinya.
Banyak orang berkata bahwa sulit untuk berdoa. Maka, jika demikian, orang ini tidak pernah berdoa, oleh karena itu “hidupnya” sesungguhnya tidak pernah aktif, seumur hidupnya. Apalagi hingga meninggal-dunia akan tidak pernah menyadari ataupun tahu, bahwa diri atau afinitasnya (bahwa memiliki kesamaan karakteristik menunjukkan hubungan) sama dengan gambar Allah itu sendiri.
St Yudas sang Rasul, dalam suratnya telah menggambarkan jiwa-jiwa yang tidak pernah berdoa:
- bagaikan awan yang tak berair, yang berlalu ditiup angin;
- bagaikan pohon-pohon yang dalam musim gugur tidak menghasilkan buah, pohon-pohon yang terbantun dengan akar-akarnya dan yang mati sama sekali.
Tuhan Yesus, sang Putera Allah menjadi sosok yang predestinasi, agar kita mengikutiNya. Dia memberi contoh dan teladan agar kita pun akhirnya tahu kehidupan Adam sebelum mengalami kejatuhan, sehingga kita yang hidup saat ini bisa menjadi manusia yang sempurna oleh disempurnakanNya, dan menjadi gambar Allah sejati oleh karena Dia adalah gambar Allah itu yang sesungguhnya. Ini sebuah inti yang serius dan harus sebagai awal langkah kita ketika, jika kita ingin mengenal bagaimanakah berdoa itu.
Berdoa membangun persatuan dengan Tritunggal Kudus
Doa bukanlah sekedar rasa yang digunakan untuk menata kehidupan kita di zaman ini saja. Doa telah ditanamkan melalui sifat kita. Melaluinya, kita dapat naik kepada Allah dan mencapai persatuan dengannya. Dengan demikian, kita sedang beralih dari kehidupan fana yang cepat berlalu ini menuju kehidupan kekal bersama Allah
Kita diciptakan untuk berdoa
Ketahuilah doa merupakan ikatan yang utama dalam menghubungkan kita dengan Allah. Kehidupan kekal ada dihadapan kita, itu merupakan harapan kita. Doa harus menjadi sebuah kondisi kita menemukan citra ilahi di dalam diri kita sendiri, di mana terlihat Tritunggal Mahakudus tercetak.
Ketika kita kehilangan doa, kita benar-benar kehilangan kemuliaan pada gambar kita, kita tidak lagi menyerupai Allah. Lihat, Allah menarik kita kepada Dirinya sendiri melalui doa, dan melalui doa kita secara misterius melakukan perjalanan ke arahnya, dengan cara yang terlalu dalam untuk bisa dipahami. Juga nyata, melalui doa kita menarik Allah kembali ke dalam diri kita sendiri (yang sungguh-sungguh), dan dia datang kepada kita dan membuat rumahNya bersama kita.
Bagi Allah, kasih bukanlah sebatas emosi tetapi merupakan persembahan diri. Melalui doa, Allah menawarkan kepada kita diriNya sendiri, dan ingin memperlihatkan gambarNya sendiri yang pernah diciptakan kembali kepada hidup kita. Melalui doa, Dia menawarkan kepada kita persatuan dengan diri-Nya sendiri sehingga Dia dapat menjadi milik kita sepenuhnya, dan kita dapat menjadi milik-Nya sepenuhnya.
Doa membuka hidup kita berjalan kepada Allah
“Dalam kesesakan … Ia sendirilah yang menyelamatkan mereka; Dialah yang menebus mereka dalam kasih-Nya dan belas kasihan-Nya.” (Yesaya 63:9)
“Roh membantu kita berdoa dengan kata-kata yang sangat dalam yang tidak terucapkan.” (Roma 8:26)
Referensi:
- Fr. Anthony Mourad. Mengapa kita berdoa. Homily Gereja Koptik Ortodoks. https://youtu.be/8u93I49hmyg
- Natur doa. https://smass.co.uk/prayer/boost-your-prayer-life/the-desert-father-on-prayer
- Q&A tentang doa. https://www.suscopts.org/q&a/index.php?catid=292