Mengapa Tuhan Tampak Tersembunyi Dari Saya?

Stefanos Ian
4 min readFeb 21, 2024

--

Mengapa Allah tidak lebih jelas? Atau seperti yang pernah ditanyakan seorang remaja kepada saya, “jika Allah ingin manusia mengetahui Dia ada, lalu kenapa Dia tidak menampakkan diri dan menunjukkan tanda di langit agar kita semua bisa beriman kepada-Nya?

Banyak orang kesulitan memahami mengapa Allah terlihat jelas dan aktif pada saat-saat tertentu, namun sangat jauh dan tidak terlibat pada saat-saat lain. Inilah yang oleh para filsuf ateis disebut sebagai masalah “Ketersembunyian Allah”.

Beginilah cara mereka merumuskan argumennya:
Premis 1: Jika Allah itu ada, maka Dia akan menjadikan keberadaan-Nya lebih nyata.
Premis 2: Allah tidak jelas.
Kesimpulan: Allah tidak ada.
Mari kita periksa premis argumen ini.

Premis I
Jika Allah itu ada, maka Dia akan menjadikan keberadaan-Nya lebih nyata: Jika kita tahu siapa Allah itu dan siapa kita, maka kita harus mengakui bahwa kita sebagai manusia tidak dapat memahami bagaimana Dia akan bertindak jika Dia ada, Allah Yang Maha Mengetahui mempunyai alasan yang sangat baik untuk bertindak atau tidak bertindak sesuai dengan apa yang kita harapkan atau inginkan.

Masalah dengan premis ini adalah bahwa premis ini berasumsi bahwa kita tahu bagaimana seharusnya Tuhan bertindak. Namun kita harus menyadari bahwa mengetahui dengan kemahatahuan dan bertindak dengan kemahakuasaan berada di luar kemampuan manusia kita yang terbatas. Misalnya, bayangkan seekor semut yang mencoba memahami ilmu roket!

Premis 2
Allah itu tidak nyata: Hal ini dapat diatasi dengan pertanyaan-pertanyaan ini: Secara bagaimana Allah tidak terlihat jelas? Dalam hal spesifik apa Anda ingin Dia terlihat jelas? Akankah kejelasan-Nya menjamin keimananmu kepada-Nya?
Orang-orang yang percaya kepada Allah telah mengalami “kejelasan” Tuhan dalam banyak hal, yang akan saya rangkum di bawah ini sebagai Lima C: Creation (Penciptaan), Conscience (Hati Nurani), Canons of Scripture (Kanon Kitab Suci), Church (Gereja), dan Christ (Kristus):

LIMA C

Creation (Penciptaan): Saat Anda mengamati sebuah bangunan megah, Anda mengagumi pembangunnya; dan jika Anda melihat lukisan yang indah, Anda mengagumi pelukisnya. Pandangan akan penciptaan lebih jauh lagi mengarahkan pemirsanya kepada Sang Pencipta. Kami membahas hal ini dalam “Argumen Desain” pada pertanyaan.
“Langit memberitakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memperlihatkan pekerjaan tangan-Nya” (Mzm 19:1).

Conscience (Hati Nurani): Hati nurani adalah saksi internal dalam diri kita masing-masing yang menegaskan atau menuduh kita benar dan salah. Keberadaan hukum-hukum moral ini mengarahkan manusia kepada pemberi hukum moral yang berada melampaui hukum-hukum buatan manusia. Kita membahas hal ini dalam “Argumen Moral” pada pertanyaan.

“Orang-orang bukan Yahudi….mereka menunjukkan bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka, dan suara hati mereka turut bersaksi, dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela” (Rm 2:15).

Canon of Scripture (Kanon Kitab Suci): Kata kanon berarti “standar”. Yang saya maksud dengan kanon adalah kumpulan standar kitab-kitab dalam Alkitab. Kitab Suci mengungkapkan kepada kita siapa Tuhan itu, seperti apa Dia dan apa kehendak-Nya bagi kita.

“Semua yang tercantum di sini telah dicatat supaya kamu percaya, bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya” (Yohanes 20:31).

Church (Gereja): Santo Paulus mengatakan bahwa gereja adalah “pilar” dan “dasar” kebenaran. Kristus, Kepala Gereja, bekerja di dalam Gereja melalui Sakramen Kudus untuk mengungkapkan kebenaran ini kepada mereka yang mau percaya.

“Jika aku terlambat, sudahlah engkau tahu bagaimana orang harus hidup sebagai keluarga Allah yakni jemaat dari Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran” (1 Timotius 3:15).

Christ (Kristus): Musa dan yang lainnya mendengar suara Tuhan, dan melihat awan dan api, yang merupakan simbol kehadiran Tuhan; namun perwujudan Tuhan melalui Kristus yang demikian, belum pernah diperlihatkan kepada dunia. Yesus bukanlah Tuhan yang diwakili, tetapi Tuhan yang dihadirkan. Tuhan dikenal dengan penglihatan dan sentuhan serta dengan iman.

“Tidak seorang yang pun pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakanNya” (Yohanes 1:18).

Kesimpulan

Permasalahannya bukan pada wahyu-wahyu yang tampaknya tersembunyi; masalahnya adalah tanggapan kita terhadap wahyu-Nya.

PENGEMIS DAN ORANG KAYA

Ada cerita dalam Kitab Suci tentang seorang kaya dan seorang bernama Lazarus (Lukas 16:19–31). Pengemis itu meninggal dan digendong oleh para malaikat ke pangkuan Abraham. Orang kaya itu pun meninggal dan masuk ke Hades. Saat berada di Hades, orang kaya itu berkata kepada Abraham, “Aku mohon bapa agar engkau mengirim pengemis itu ke rumah ayahku, karena aku mempunyai lima saudara laki-laki, agar dia dapat bersaksi kepada mereka, jangan sampai mereka juga masuk ke tempat penyiksaan ini.”

Abraham menjawab: “Ada pada mereka Musa dan para nabi; biarlah mereka mendengarkannya dan jika mereka tidak mendengarkan Musa dan para nabi, mereka juga tidak akan teryakinkan meskipun oleh orang yang bangkit dari kematian.”

PEMIKIRAN TERAKHIR

Mereka yang menolak Allah karena “kelihatannya” tersembunyi menyiratkan bahwa mereka akan langsung menjadi orang percaya jika Tuhan memperlihatkan diri-Nya dengan cara yang ajaib. Namun bahkan Yesus, yang menceritakan kisah tentang pengemis dan orang kaya, mengetahui bahwa sebagian orang tidak akan percaya, apa pun bukti yang diberikan kepada mereka.

Sekalipun Allah membuat penampakan yang “jelas” pada mereka, mereka mungkin mengaitkannya dengan kekuatan alam, halusinasi, ilusi, atau bahkan campur tangan alien.

Filsuf, Blaise Pascal, mengatakan, “Tuhan telah memberi kita bukti yang cukup jelas untuk meyakinkan mereka yang hati dan pikirannya terbuka. Namun bukti tersebut cukup kabur sehingga tidak merubah mereka yang hati dan pikirannya tertutup”

Pertanyaannya kemudian menjadi: “Hati dan pikiran seperti apa yang Anda miliki?”

Sumber Terjemahan:
George Bassilios. (2018, January, 1st). Timeless Truth in Truthless Times: Answers to Tough Questions about God, Christianity, and the Bible.
Coptic Orthodox Church

--

--

Stefanos Ian

A servant Subdeacon Stefanos from the Coptic Orthodox Church Yogyakarta. I am a writer, scholar, & social worker.