Berdoa (Part 4): Doa Mengantisipasi Kedatangan Kristus Kedua — Mengapa Menghadap Ke Timur?
Hai Yerusalem, hadaplah ke arah timur, dan lihatlah sukacita datang kepadamu daripada Allah. (Deuterokanonika Kitab Barukh 4:36)
Ada banyak orang bertanya-tanya,
- Mengapa ada Gereja yang sembahyangnya seragam menghadap ke Timur? Mengapa tidak ke Utara, Selatan atau ke Barat?
- Dan pun ketika mereka berdoa, mengapa imamnya di Gereja ini menghadap jauh dari umatnya! Mengapa imamnya tidak berhadapan dengan umatnya seperti banyak gereja-gereja lain?
Inilah Tradisi Suci dibalik kehidupan Gereja yang Ortodoks dalam berdoa, penyembahan dan pujian.
Pertama-tama, menghadap kearah timur bukanlah sebatas simbolistis. Tertulis dalam kitab Barukh dalam Deuterokanonika, bahwa Tuhan Allah melalui Barukh bin Neria, yaitu murid nabi Yeremia memerintahkan agar kepada umat Israel di Yerusalem agar sembahyang menghadap ke arah timur.
Dalam peribadahan Kudus orang-orang Kristen Ortodoks selalu dipimpin oleh seorang imam (Uskup/Presbyter/Diakon). Dia disebut imam. Imam itu layaknya seorang nahkoda kapal di sebuah kapal dalam perjalanan. Dirinya membawa orang-orang diatas kapal itu menghadap kepada lautan, dan juga memimpin kru-mereka agar pelayaran bisa sampai ke sebuah tempat yang akan datang.
Dalam Gereja Imam berdiri di depan, dirinya menghadap ke timur memimpin orang-orang yang dibawanya di dalam doa. Meskipun dirinya tidak berhadapan, seorang Imam tidak pernah mengabaikan umatnya, karena dia sedang melayani umatnya, melalui membawa setiap persembahan, pujian dan demi mereka (umat) juga mempersiapkan Sakramen Ekaristi. Imam yang juga sebagai pewaris ritus dari suksesi keimamatan sebelumnya, maka tugas imam berdiri di depan Mezbah untuk menghadap Tuhan.
Satu-satunya ketika imam berhadapan dengan umat adalah saat membaca bacaan Kitab Suci, seperti Injil, atau ketika membawakan pesan kehidupan (kotbah/sermon) atau ketika memberkati umat.
Tata krama menjadi dasar yang telah diwariskan oleh orang-orang Yahudi sejak lampau, yaitu ketika berbicara tidak baik jika membelakangi mereka. Maka jelas ada ketidaksopanan jika berbicara kepada Allah (atau atas nama Allah) tetapi tidak menghadap kepada Allah, terlebih ketika sedang menyembahNya.
Maka, menghadap “timur” sangatlah bermakna liturgis, yang artinya menghadap Mezbah Allah. Menjadi pertanyaan apakah semua Gereja mezbahnya menghadap timur, dan bagaimanakah jika posisi Mezbah tidak dapat ditempatkan mengarah ke timur kompas?
Dasarnya ini sebuah warisan tradisi Gereja Katolik dan Apostolik dan juga didalamnya ada Tradisi Suci yang telah dirancangkan Allah ribuan tahun sejak awal penciptaan, dan ini selalu dihidupi, dilestarikan, dijaga (tidak pernah diubah/modifikasi).
Secara fisik bangunan-bangunan yang digunakan Gereja tidak selalu bisa menempatkan posisi Mezbah disebelah timur secara harafiah karena pastilah ada keterbatasan, kecuali dirancangkan sejak awal.
Bagaimanapun secara kehidupan doa dan liturgis tidak merubah atau berubah kearah timur, yaitu Imam dan umat berdoa tetap menghadap ke Timur, yaitu menghadap Mezbah karena disitulah Ruang Mahakudus sang Pantokrator (sang Tritunggal Kudus, Allah yang Mahakuasa). Mezbah itulah yang menjadi sebuah kompas, menghadap kearah Timur yang sebenarnya.
Alasan yang mendasari mengapa ke arah “TIMUR” (menjadi tradisi Gereja yang terlestarikan hingga hari ini).
Maka tradisi menghadap ke arah Timur dalam Gereja-gereja Ortodoks sudah terwarisi sejak Gereja mula-mula. Gereja memiliki alasan yang sangat jelas, sebuah penegasan dari Kitab Suci dan khususnya tergambarkan dalam Perjanjian Baru.
Pertama:
Ini yang paling penting, bahwa kami percaya Tuhan kami akan kembali (Parousia) dalam penggenapan kemenangan dari Timur (Matius 24:27; Kisah Para Rasul 1:1)
Kedua:
Kita mengenali Kristus adalah “Timur kita”, Dia sebagai Terang Kebenaran (Maleakhi 4:2). Dia adalah terang yang menerangi semua manusia. Matahari terbit di Timur, demikian pula Kristus. Dialah Bintang yang memimpin orang bijak demikianlah kita menghadap ke Timur membawa hati kita mencapai Kristus, menjadi satu dengan Dia saat kita menantikan persekutuan Tubuh dan Darah Kudus-Nya. Ini adalah petunjuk spiritual, bagi kita dapat datang kepadaNya dan menyembah dikakiNya, mempersembahkan hati kita sama seperti orang bijak yang mempersembahkan hadiah berharga. Kita seperti orang majus, telah melalui banyak kerja keras dan kesulitan untuk mencapai Juruselamat.
Ketiga:
Rumah lampau di taman Eden (atau surga yang terhilang — dikatakan St Basilius Agung) berada di sebelah Timur (Kejadian 2:8). Dengan demikian kita mengingat persekutuan sempurna yang dialami Adam dan Hawa bersama Allah disana, dan kita menantikannya setiap kali kita menyembah Tuhan.
Keempat:
Sebagai simbol kelahiran kembali, harapan dan cahaya.
Dalam doa Agpeya kita mengatakan, “marilah kita menikmati hari yang baru … Semoga cahaya wajahMu menyinari kami, dan mencerahkan kami dengan cahaya pengetahuan Ilahi-Mu. Jadikanlah kami anak-anak terang, anak-anak siang … Terangilah pikiran, hati dan pemahaman kami, Ya Tuhan dari semua ….”
Kelima:
Memandang ke arah Salib Kristus. St. Athanasius mengemukakan bahwa Kristus digantung di Kayu Salib menghadap ke Barat, dan kita orang-orang berdosa yang memandangnya menghadap ke Timur, kita bertemu dan berbicara dengan Tuhan muka dengan muka, meminta Dia untuk mengampuni kita atas dosa-dosa kita, Dia menyelamatkan kita dari kematian.
Sumber referensi lainnya yang memperlihatkan “Timur” tertulis dalam Kitab Suci:
- Bintang Kristus bersinar di Timur (Matius 2:2)
- Yehezkiel melihat “kemuliaan Tuhan” ketika menghadap ke Timur (Yehezkiel 43:4)
- Orang Yahudi beribadah menghadap ke Timur (Yehezkiel 46:12)
- Suku Yehuda, suku Kristus berasal, mendirikan kemah di Timur (Bilangan 2:3)
- Tutup Perdamaian di Kemah Suci menghadap ke Timur (Imamat 16:14)
- Bait Salomo, Gerbang Allah ditempatkan di sebelah timur.
Perintah kepada Umat Israel di Perjanjian Lama menjadi akar Tradisi ini
Banyak referensi lain di Perjanjian Lama telah menjadi perhatian para Rasul dan bapa-bapa penerus Gereja dengan jelas menggambarkan sifat ibadah bagi umat Israel, dan orientasi mengarah ke Timur. Hal ini menjadi pembeda dengan kepercayaan paganisme yang menghadap ke arah yang lain. Maka, ada tertulis dengan kata Mizrah (Ibrani: מִזְרָח mīzrāḥ) — [Wikipedia] — adalah merujuk untuk arah “timur”. Orang Yahudi saat berdoa bagi mereka yang berada di Diaspora akan berdoa mengarah ke Yerusalem (Bait Allah di Yerusalem bertempat disebelah timur mereka).
Bapa-bapa Gereja mula-mula telah memberi landasan kuat melalui memahami pesan Barukh, sehingga mengapa umat Kristen berdoa menghadap ke timur, dikatakannya bahwa, “semua manusia yang bumi ini adalah diaspora oleh karena terlepas dari taman Eden, dalam hal ini kita semua harus menunggu janji yang akan digenapi dihari mendatang.” Didukung St. Yohanes dari Damaskus dengan mengatakan bahwa “dalam berdoa dan beribadah membentuk keseragaman dan menjadi suatu warisan yang baik dari sebuah peribadahan orang-orang Yahudi yang terlestarikan di dalam peribadahan umat Kristen sejak Gereja mula-mula.”
Juga, praktik spiritual yang tradisional dalam ritus bapa-bapa Gereja seperti tergambarkan dalam apokrifa Kisah Para Rasul (Vol. 2, Halaman 5 dan 32) menggambarkan kebiasaan St. Yohanes dari Zebedeus, bahwa “ia (St. Yohanes dari Zebedeus) pernah mengambil salib kayu dan meletakannya ke arah timur, kemudian berlutut dan berdoa.” Ini menggambarkan kehidupan dari para martir dan orang Suci sedang memberi tau kita bahwa mereka pun selalu menghadapkan tubuh mereka ke arah timur saat jiwa mereka berpulang ke surga. Menghadap ketimur bagi orang-orang percaya adalah wujud meninggalkan Iblis dan setan-setannya dengan berjalan menghadap ke Timur. Hal lainnya sebagai tanda seseorang itu mengimani Tritunggal Mahakudus.
Menghadap ke Timur adalah mengantisipasi kedatangan Kedua Kristus.
Sadarilah rumah sejati kita bukan bumi ini, tetapi di Firdaus yang akan datang bersama-sama Allah Tritunggal Kudus. Kita boleh saja membuat Mezbah kecil yang tidak menghadap ke timur kompas, bagaimanapun sudut berdoa kita secara pribadi karena menghadap ke Mezbah itu, itulah kearah Timur.
Terpenting kapanpun, dimanapun kita menyembahNya dihadapan MezbahNya haruslah penuh semangat, karena kita sedang menunggu kedatanganNya yang penuh kemenangan, bersama-samalah dengan orang-orang kudus yang ada didunia ini mereka yang didalam Gereja, dan diFirdaus yang kekal, hadaplah ke Timur lihatlah “sukacita datang kepadamu”.
Sumber:
- https://www.suscopts.org/mightyarrows/east.html
- https://www.saintjohnchurch.org/why-orthodox-churches-face-east/
- https://catalog.obitel-minsk.com/blog/2017/06/why-do-orthodox-pray-facing
- https://www.imoph.org/Theology_en/E3c6a003ProsAnatoleProseuxeAK297.pdf
- https://aleteia.org/2021/07/09/why-did-early-christians-pray-facing-the-east/