Sejarah Gereja Ortodoks Koptik
Lihat, TUHAN mengendarai awan yang cepat dan datang ke Mesir, maka berhala-berhala Mesir gemetar di hadapan-Nya, dan hati orang Mesir, merana hancur dalam diri mereka … Pada waktu itu akan ada mezbah bagi TUHAN di tengah-tengah tanah Mesir dan tugu peringatan bagi TUHAN pada perbatasannya. (Yesaya 19:1,19)
Gereja Koptik
Kata Koptik berasal dari kata Yunani Aigyptos (Αἴγυπτος), atau dikenal juga dengan nama “Hikaptah”, atau Memphis, yaitu ibukota pertama Mesir Kuno. Penggunaan istilah “Koptik” dimulai ketika penguasaan kalifah Arab diabad ke 8 Masehi, untuk menggambarkan orang Kristen Mesir dan manuskrip bahasa Mesir kuno. Dan menggambarkan seni dan arsitektur khusus yang berkembang dimasa itu mengekspresikan awal dari iman yang baru.
Gereja Koptik berdiri atas penyebaran pengajaran Kristen oleh St. Markus, dialah membawa Kekristenan ke Mesir pada masa pemerintahan Kaisar Romawi Nero di pertengahan abad pertama, atau sepuluh tahun setelah Kenaikan Tuhan Yesus (tahun 33) Masehi. Dan Santo Markus adalah salah satu dari empat penginjil, pun ia pun seorang penulis Injil kanonik tertua (Injil Markus).
Agama Kristen berkembang di seluruh Mesir hanya dalam waktu setengah abad, sejak kedatangan pertama St. Markus ke Aleksandria. Dibuktikan dengan ditemukan banyaknya tulisan-tulisan Perjanjian Baru yang ditemukan di Bahnas, Mesir Tengah, bukti-bukti ini dituliskan tahun 200 Masehi; pun fragmen dari Injil Santo Yohanes yang ditulis dalam bahasa Koptik, ditemukan di Mesir Hulu dan diberi tanggal awal-awal abad kedua.
Gereja Koptik, yang sekarang berusia lebih dari sembilan belas abad, jauh waktu sebelumnya telah di nubuatkan di Perjanjian Lama oleh nabi Yesaya dalam kitabnya Yesaya 19:19 , “Pada hari itu akan ada sebuah mezbah bagi TUHAN di tengah-tengah tanah Mesir, dan sebuah pilar bagi TUHAN di perbatasannya.”
Meskipun sepenuhnya diintegrasikan ke dalam tubuh Bangsa Mesir modern, Koptik telah bertahan sebagai entitas agama yang kuat yang kebanggaan dalam kontribusi kepada dunia Kristen. Gereja Koptik mempertahankan iman Kristen melalui adanya Kredo Nicea, yang saat ini telah dibacakan di semua Gereja di seluruh dunia. Kredo ini awalnya ditulis oleh salah satu putra kesayangannya, Santo Athanasius, yaitu Paus Alexandria selama 46 tahun, yaitu dari tahun 327 Masehi sampai tahun 373 Masehi.
Mesir juga tempat perlindungan yang dikunjungi oleh Keluarga Suci dalam perjalanannya dari Yudea: “Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya, larilah ke Mesir dan tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena Herodes akan mencari Anak itu untuk membunuh Dia. …. Anak itu serta ibu-Nya malam itu juga, lalu menyingkir ke Mesir …. dan tinggal di sana hingga Herodes mati. Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: “Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku. “[Mat. 2: 12–23].
Kontribusi Gereja Koptik bagi Kekristenan telah sangat banyak. Sejak awal, Gereja ini memainkan peran utama dalam pengembangan Teologi Kristen — dan melindungi dari ajaran sesat Gnostik. Gereja Koptik telah menghasilkan ribuan teks Teologis untuk pembelajaran Alkitabiah yang sangat penting dengan bukti-bukti pendukung arkeologi. Kitab Suci yang dikanonkan di abad kedua telah diterjemahkan ke dalam bahasa Koptik pada abad kedua-ketiga. Melalui pekerjaan ratusan Ahli Kitab di masa itu yang menyalinkan Alkitab dan buku-buku liturgis serta bahan-bahan teologis lainnya. Di saat ini bahan-bahan ini telah tersebar di banyak perpustakaan, banyak museum, dan banyak universitas di seluruh dunia dengan ratusan hingga ribuan naskah yang asalnya adalah dari Gereja Koptik.
Sekolah Alkitab Alexandria merupakan sekolah pembinaan ajaran Kristen, yang mengajarkan Alkitab secara sistemastis tertua di dunia. Awal pengembangan pengajaran di tahun 190 A.D. telah menghasilkan mahasiswa Kristen, salah satunya bernama Pantanaeus. Ia alumnus yang menempatkan sekolah Alexandria menjadi lembaga pendidikan Agama terpenting di dunia Kristen. Banyak Uskup-Uskup terkemuka dari berbagai belahan dunia Kristen, pernah mengikuti pendidikan di sekolah ini, dan bergelar sarjana. Seperti, Uskup Athenagoras, Clement, Didimus, dan Origen Agung.
Mereka di masa kini telah dikenal sebagai bapak Teologi dan pakar di bidang penelahaan Alkitab secara komparatif. Origen, telah menulis lebih dari 6.000 komentar Alkitab, dikenal dengan bukunya Hexapla yang terkenal. Seperti Santo Jerome pun pernah ada mengunjungi sekolah Alexandria dan bertukar pikiran dengan para sarjana.
Sekolah Alexandria memiliki mata pelajaran yang banyak pilihan bukan satu mata pelajaran Teologis saja, disana pun memiliki mata pelajaran ilmu pengetahuan, ilmu Matematika maupun ilmu tentang Kemanusiaan. Di abad ke-15 dari Sekolah Aleksandria memperkenalkan penemuan teknik ukiran kayu, dikembangkan hasil penelitian para sarjana, yang dikenal sebagai “tulisan Braile”, seperti yang kita kenal masa kini para tuna netra dapat membaca dan menulis.
Sejak tahun 1893 Perguruan Tinggi di Aleksandria terus berkembang kebelahan dunia, dan memiliki cabang kampus-kampus seperti di kota Alexandria, Kairo, New Jersey USA, dan Los Angeles, California USA. Banyak Imam-Imam Gereja dimasa kini sebelumnya mengikuti pendidikan, dan pun mereka adalah orang-orang yang memenuhi kompetensi atas pengetahuan Teologi Kristen, pakar sejarah, pakar bahasa Koptik, pakar seni — — pun termasuk pakar untuk pujian, musik, ikonografi, permadani, dll.
Monastisisme
Monastisisme terlahir di Mesir, memiliki peran penting dalam pembentukan karakter Gereja Koptik, yaitu hidup dalam penyerahan sepenuh dan kerendah-hatian. Didasari dengan pengajaran dan tulisan para bapa-bapa agung di gurun Mesir.
Monastisisme mulai bertumbuh di akhir abad ketiga dan sangat berkembang di awal abad keempat, seperti:
- Santo Antonius, Biarawan (Monk) pertama di dunia, adalah seorang Koptik di Mesir Hulu.
- Santo Paul, Pertapa (Anchorite) pertama di dunia, adalah seorang Koptik.
- Santo Pachom, pembuat aturan monastisisme pertama, adalah seorang Koptik.
Seperti bapa-bapa gurun Gereja Koptik terkenal: Santo Makarios, Santo Musa si Hitam, dan Santo Mina yang mengagumkan. Para bapa-bapa gurun Gereja Koptik kontemporer: Paus Cyril VI dan muridnya, Uskup Mina Abba Mina. Sejak akhir abad keempat melalui pertumbuhan Gereja telah menghasilkan ratusan biara, dan ribuan sel dan gua yang tersebar di seluruh perbukitan Mesir. Hingga masa kini pun biara-biara ini masih bertambah karena banyak yang menerima panggilan untuk menjadi bagiannya.
Semua monastisisme di dunia di Kekristenan masa kini umumnya mengambil contoh dari Mesir, seperti:
- Santo Basil, merupakan organisator gerakan monastik di Asia kecil, pernah mengunjungi Mesir sekitar tahun 357 A.D. dan hasil kepemimpinannya telah diikuti oleh Gereja-Gereja Orthodox timur;
- Santo Jerome, menterjemahkan Alkitab bahasa Yunani ke dalam bahasa Latin, ia datang ke Mesir sekitar tahun 400 Masehi, dan telah meninggalkan jejak pengalamannya melalui keberadaan surat-suratnya;
- Santo Benedict di abad keenam banyak mendirikan biara-biara, ia mengambil model yang dikembangkan Santo Pachom, dengan ketertiban yang lebih ketat.
- Dan para peziarah yang telah berkunjung tak terhitung jumlahnya, mereka bertemu “bapa-bapa gurun” untuk belajar tentang kehidupan spiritual, melihat kedisiplinan mereka.
- Bukti bahwa Gereja Koptik memiliki Misionaris ke Eropa Utara, seperti ke Saint Moritz dari Legion Theban (St. Maurice). Ia adalah perancang misi dari Mesir, yang melayani di bawah bendera Romawi. Ia mengajarkan agama Kristen kepada penduduk Alpen Swiss, di kota kecil, sehingga bisa ditemukan sebuah biara yang terkenal reliknya di masa kini. Pun penulisan di beberapa buku-buku dan sisa peninggalan barang miliknya tertera namanya.
- Santo lain dari Gereja Koptik disebut Legion Theban, ia adalah Santo Victor, ia yang sangat terkenal sebagai “Boktor”.
Tuduhan Monofisit
Dalam perjalanan waktu Kekaisaran Romawi Timur, masa Kaisar Konstantin, Kekristenan di Aleksandria telah memainkan peran penting dalam Teologi Kristen. Mereka banyak terundang sebagai pembicara Iman Kristen. Seperti Santo Sirilus, Paus dari Aleksandria, yang menjabat sebagai ketua Konsili Ekumenis yang pernah diadakan di Efesus pada tahun 430 A.D, mengatakah bahwa Uskup-Uskup Gereja Alexandria menghabiskan seluruh waktu mereka untuk mengajar melalui pertemuan-pertemuan diseluruh dunia.
Ketika disaat Kaisar Marcianus berkuasa politik Kekaisaran mulai mempengaruhi Gereja, dan mengangkat permasalahan tentang iman Gereja Koptik. Dimasa Santo Dioscorus, sebagai Paus Aleksandria, ia pun sempat diasingkan karena pernyataannya yang tegas: “tidak ada hubungan politik kekaisaran dengan posisi kepemimpinan Gereja”. Sehingga, di tahun 451, dimanfaatkanlah dalam motif politik di Kalsedon, dengan menempatkan tuduhan yang sangat serius, kepada Gereja Koptik, dengan pernyataan “Gereja Koptik mengikuti ajaran Eutikos”, atau ajaran yang dikenal sebagai “monofisit”. Hal ini menyebabkan Gereja Koptik dikucilkan.
Monofisit merupakan doktrin yang mengajarkan Tuhan Yesus Kristus hanya punya satu kodrat bukan dua kodrat. Satu Kodrat hanya mengajarkan tentang Keallahan-Nya. Sangat jelas, Gereja Koptik Mesir tidak pernah menghidupi percayanya didasari doktrin monofisit seperti yang telah dituduhkan oleh Konsili Kalsedon! Kehidupan umat Koptik percaya bahwa Tuhan sempurna dalam Keilahian-Nya, dan Ia pun sempurna dalam Kemanusiaan-Nya.
Keilahian-Nya dan Kemanusiaan-Nya hanya berasal dari “Firman yang berinkarnasi”. Hal ini telah ditegaskan kembali oleh Santo Cyril, Paus Aleksandria, bahwa Gereja Koptik percaya terhadap kodrati Yesus sebagai “Manusia” dan juga sebagai “Allah”, keduanya yang telah ada di dalam kesatuan “tanpa perlu dipecah-pecahkan, yang membingungkan, dan tidak ada berubah” (tertera dalam Pernyataan Iman Rasuli Gereja Koptik: Dan kepada Tuhan yang Esa, Yesus Kristus Putra Allah yang tunggal, yang lahir dari Sang Bapa sebelum segala masa, Terang dari Terang, Allah sejati dari Allah sejati, dilahirkan bukan diciptakan, sehakikat dengan Sang Bapa dalam Wujud-Nya, yang oleh-Nya segala sesuatu diciptakan, dan demi kita manusia dan demi keselamatan kita, telah turun dari surga dan menjelma oleh Roh Kudus, dilahirkan oleh Perawan Maria dan menjadi manusia). Jelas, kedua kodrat ini tidak boleh diartikan secara terpisah, atau hanya diartikan melalui salah satu menekankan kodratnya jika demikian “keberadaan-Nya bisa berpisah sesaat dalam kejapan mata di waktu tertentu”, tidak demikian!
Iman Gereja Koptik telah disengaja disalahpahami pada abad ke-5 melalui Konsili Kalsedon. Bagaimanapun Terlepas dari semua ini, Gereja Koptik tetap teguh dan mempertahankan imannya. Gereja Koptik yakin bahwa konsili sebenarnya sudah memahami tentang Iman Gereja yang sama, tetapi karena ada maksud lain yaitu untuk mengucilkan Gereja, ingin mengisolasi Gereja, hingga mungkin ingin menghapuskan Kepausan Mesir saat itu, hanya karena ketegasan pernyataan Gereja, bahwa Gereja dan Negara adalah dua entitas yang terpisah.
Hal ini telah mengakibatkan banyaknya konspirasi yang diangkat dari Gereja wilayah barat saat itu hingga masa kini. Kejadian ini menghasilkan pertanyaan, apakah hal ini demi mengasingkan Gereja Koptik? Atau apakah merupakan penghukuman terhadap penolakan Gereja demi dipengaruhi secara politik? Atau apakah Santo Dioscurus dimasa itu menjabat sebagai Paus tidak tegas menyatakan Gereja Koptik bukanlah Monofisit?
Melihat hal ini Gereja Koptik tetap membangun rekonsiliasi dengan Gereja-Gereja Kristen lainnya, khususnya apabila ditemukan perbedakan terhadap “semantik (bahasa)”. Dikatakan oleh penerus Santo Markus ke-117, yaitu Paus Shenouda III bahwa “di dalam Gereja Koptik, memahami iman Kristen adalah hal yang paling esensi; tetapi hal-hal lain seperti semantik (bahasa) maupun terminologi, merupakan pemahaman tambahan yang untuk diketahui.”
Dewan-dewan Gereja Dunia
Sepanjang abad, Gereja Koptik memainkan peran penting dalam Gerakan Ekumenis. Gereja Koptik adalah salah satu pendiri dan anggota tetap World Council of Churches sejak tahun 1948. Dan Gereja Koptik juga merupakan anggota Dewan Gereja-Gereja Afrika (AACC) serta anggota Dewan Gereja Timur Tengah (MECC). Gereja Koptik memainkan peran penting dalam pergerakan di lingkungan Kristen Orthodox dan Gereja-Gereja dunia dengan berdialog dalam menyelesaikan perbedaan Teologis, seperti dengan Gereja Katolik, Gereja Ortodoks Timur, Protestan, maupun Injili.
Kemartiran
Kemuliaan Teragung Gereja Koptik adalah hidup karena Salibnya. Umat Koptik bangga terhadap penganiayaan hidup yang mereka alami. Pertama kali penganiayaan terjadi di tanggal 8 Mei 68 M, yaitu Santo Markus dibunuh di hari Senin setelah Paskah. Ia diseret oleh tentara Romawi di sepanjang jalan di Alexandria.
Penganiayaan terhadap orang-orang Koptik hampir dilakukan oleh semua penguasa Mesir. Penyiksaan para Pendeta dan bahkan pun telah diasingkan oleh saudara seimannya, saat skandal Kalsedon terjadi di tahun 451 Masehi. Begitu pun saat penaklukan Arab di Mesir pada 641 Masehi., hal-hal ini tidak akan pernah menghilangkan kebanggaan terhadap Salib.
Dengan kemartiran orang-orang Koptik, di akhir masa pemerintahan Romawi, dibawah Kaisar Diokletianus, yaitu di tanggal 29 Agustus 284 Masehi ditetapkanlah kalender hari para Martir oleh Gereja. Kalender ini bermaksud untuk setiap umat dapat memperingati dan menghormati mereka yang “mati martir” karena telah mempertahankan iman mereka. Kalender ini sampai hari ini masih digunakan di seluruh Mesir oleh para petani untuk menentukan musim bertani dan penentuan waktu bacaan setiap tahun di Gereja Koptik.